Pages

Ads 468x60px

Rabu, 29 Oktober 2014

Indonesia Defisit 110 Pilot Setiap Tahunnya


Sekolah Penerbangan Indonesia mencetak 400 pilot tiap tahun. Sebanyak 200 pilot berasal dari sekolah penerbangan pemerintah (Curug dan Banyuwangi), sisanya dari sekolah penerbangan swasta. Sementara kebutuhan pilot untuk pesawat dan helikopter mencapai 510 per tahun. Alhasil RI masih defisit 110 penerbang setiap tahun. Defisit ini umum dipenuhi oleh pilot asing.



"Kita butuh 510 pilot per tahun. Dari mana itu semua dapat dipenuhi? STPI ada 2 yang mencetak pilot. STPI Curug mencetak 150 pilot dan Banyuwangi mencetak 50 pilot. Jadi bisa 200 pilot tercetak per tahun sedangkan sekolah swasta 200 pilot per tahun. Kita minus 110 orang," kata Ketua Sekolah Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug Yurlis Hasibuan di Kantor AirAsia, Cengkareng, Tangerang.



Yurlis menerangkan untuk setiap pesawat baru sekelas Airbus 320 ataupun Boeing 737 seri NG membutuhkan 10 penerbang. Sedangkan untuk sebuah pesawat carter atau sewa baru memerlukan 6 penerbang.



Diperlukan waktu sekitar 2 tahun untuk mencetak seorang penerbang siap pakai. "Pendidikan penerbang (praktek) untuk terbang 165 jam. Tambah teori bisa 250 jam," paparnya.



Yurlis menerangkan pilot yang dicetak dari sekolahnya sebanyak 100 orang telah diminta atau di-booking oleh maskapai PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Sisanya disalurkan atau ditarik oleh maskapai swasta berjadwal dan non berjadwal. "Sebanyak 150 pilot per tahun yang kita tamatkan. Gurada telah booking 100 pilot. Pilot umumnya memiilih bekerja di Garuda. Saya nggak tahu kenapa mereka pada suka di Garuda," jelasnya.

Tidak ada komentar:

 

Sample text

Sample Text

Sample Text