Pages

Ads 468x60px

Jumat, 07 Maret 2014

Mengenang Bandara Kemayoran, Legenda Dalam Komik Yang Tak Terurus

Selama dekade 1960 hingga 1970-an, nama Bandara Kemayoran cukup termahsyur dan dikenal banyak orang. Maklum, bandara itu adalah yang pertama dimiliki oleh negeri ini yang disesaki oleh pesawat Garuda yang masih berwarna merah. Jauh sebelum Bandara Soekarno Hatta dibangun, bandara berkode KMO itu bahkan lebih dulu terkenal ketimbang Bandara Changi kebanggaan Singapura. Padahal dahulu, Bandara ini sempat menjadi bagian dari komik Tintin. Tintin adalah karya komikus Belgia, Georges Remi yang dikenal dengan nama Herge. Di dalam komik Tintin yang berjudul "Flight 714", diceritakan tentang Tintin dan kawan-kawannya yang mendarat di Bandara Kemayoran dalam perjalanan menuju Sidney, Australia.



Liar dan tak terurus. Seperti itulah kondisi terkini bekas Bandara Kemayoran, khususnya di lokasi menara kontrol lalu lintas udara. Lapangan yang dulunya menjadi area pesawat berlabuh, kini tertutup ilalang, penuh pohon-pohon liar, semak belukar dan ular. Kondisi dua menara kontrol itu juga sudah sangat tidak prima. Meski sudah dicat kembali, bagian dalam bangunan ini tampak tua, kotor, dan berbahaya. Ironisnya, pemandangan "sumuk" itu terlihat sangat kontras dengan gedung Jakarta International Expo (JIExpo) di seberangnya.

Dari catatan sejarah, Bandara Kemayoran dibangun oleh Belanda pada tahun 1938. Kemudian ketika Indonesia merdeka, bandara ini dijadikan bandara internasional pertama di negara ini. Setelah itu, selama tahun 1945 hingga 1964, pengelolaan bandara di bawah tanggung jawab Jawatan Penerbangan Sipil. Selanjutnya, dari 1964 sampai dengan 1985, Bandara Kemayoran diserahkan dan dikelola oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan dialihkan kepada Perum Angkasa Pura. Bandara yang pada masa kejayaannya dieja dengan nama Kemajoran (Djakarta) International Airport itu bahkan disebut-sebut dalam salah satu literatur terpenting dalam budaya populer. Aset tetap bandara tersebut berupa tanah seluas 418,9 hektar. Namun predikat sebagai bandara internasional, tidak lagi dimiliki oleh Bandara Kemayoran, sejak kehadiran bandara internasional yang baru di kawasan Cengkareng.


Kemudian pada tahun 1985, bandara internasional pindah ke Cengkareng, yang sekarang adalah Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Dan bekas bandara internasional Kemayoran ini diserahkan kepada negara, dalam hal ini kepada Menteri Sekretaris Negara. Menteri Sekretaris Negara kemudian membentuk Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPKK) berdasarkan Keppres No. 53 Tahun 1985 tertanggal 17 Juni 1985.

Bandara Kemayoran sempat menjadi salah satu bagian penting dalam sejarah nasional Indonesia. lokasi ini pernah berperan penting dalam hubungan bilateral, multilateral, dan kedirgantaraan Indonesia. Sekarang, lokasi ini terutama Tower-nya tampak ditinggalkan begitu saja. Generasi yang lahir setelah 1990-an hanya mengenal Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng sebagai satu-satunya bandara termegah di Jakarta. Padahal, jauh sebelum bandara tersebut resmi beroperasi, Indonesia sudah memiliki bandara bertaraf internasional, meskipun kapasitasnya jauh di bawah Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Bagi para senior dunia penerbangan, Kemayoran menjadi bagian sejarah hidup yang tidak terlupakan. Hiruk pikuk pesawat yang mendarat dan tinggal landas menjadi kenangan yang tidak akan terlupakan. Termasuk kepadatan Jalan angkasa, yang menjadi jalan arteri keluar masuk Bandara Kemayoran dahulu. Apalagi bagi para senior Air Traffic Controller, Tower Bandara Kemayoran menyimpan berbagai kenangan yang tidak akan lekang oleh waktu. Begitu banyak suka-duka dan nostalgia yang tersimpan disana. Tower Bandara Kemayoran bukan sekedar tempat bekerja, tetapi juga menjadi awal dari karier mereka selanjutnya. 


Sekarang tinggal bagaimana mengusahakan agar Bandara Kemayoran yang bersejarah ini tidak digusur karena alasan kepentingan ekonomi. Sebenarnya Pemerintah DKI sudah jelas menhyatakan bahwa Bandara Kemayoran ini adalah cagar budaya yang harus dilestarikan. Melalui tulisan ini tersirat harapan agar para pihak yang berwenang mempunyai waktu dan perhatian yang cukup, untuk memperhatikan dengan seksama warisan cagar budaya yang sangat vital pada jamannya. 

Tidak ada komentar:

 

Sample text

Sample Text

Sample Text