Mulai 10 Januari 2014, sebagian kecil slot
penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang dipindahkan ke
Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Sejauh ini sudah ada tiga
maskapai yang menyatakan kesediaan untuk memindahkan sebagian slotnya.
Namun benarkah pemindahan ini merupakan solusi terbaik bagi operasional
penerbangan di Ibu Kota RI ini?
Tidak kurang dari Wakil Presiden Boediono, Menteri
Perhubungan EE Mangindaan, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Soesantono
dan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Harry Bakti menyatakan bahwa
Bandara Halim PK siap untuk menampung pemindahan tersebut. Begitu pula
Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal (TNI) I.B Putu Dunia dan Direktur
Utama PT Angkasa Pura II Tri S Sunoko. “Sudah dikoordinasikan. Kita sudah bahas selama ini
tidak ada permasalahan,” ujar Putu Dunia kepada media di sela-sela Rapim
TNI-Polri, di Jakarta, 9 Januari lalu.
Dioperasikannya Bandara Halim sebagai bandara penerbangan komersil
tujuan domestik merupakan langkah jangka menengah untuk mengurangi
kepadatan penerbangan di Bandara Soekarno Hatta.
“Ini tentu adalah langkah menengah saja. Jangka panjang, pembangunan lebih luas untuk layani cakupan Jabodetabek,” jelas Wakil Presiden Boediono.
Slot penerbangan yang disiapkan mencapai 126 slot
selama 24 jam. Jumlah ini sekitar 10% dari jumlah slot di Bandara
Soekarno-Hatta. Jumlah slot yang disediakan itu di luar slot yang akan
digunakan untuk penerbangan TNI AU dan untuk sekolah penerbangan serta
maskapai yang selama ini telah menggunakan Bandara Halim.
Pengaturannya sudah diatur sedemikian rupa sehingga
tidak saling mengganggu dengan penerbangan lain terutama penerbangan TNI
AU. Pada pukul 06.00– 12.00 WIB slot yang diperbolehkan adalah dua
penerbangan datang dan dua penerbangan berangkat per jam (2-2). Pada
pukul 12.00- 18.00 slotnya 3-3, pukul 18.00 -21.00 slotnya 2-2 dan pukul
21.00 – 06.00 slotnya 3-3.
Untuk penerbangan pindahan ini, pihak bandara juga
telah menyediakan tiga tempat parkir untuk pesawat sekelas B737-800 NG/
B737-900 ER dan A320. Namun karena keterbatasan tempat parkir, pesawat
pindahan tersebut tidak boleh bermalam di bandara ini.
Untuk kenyamanan penumpang, pengelola bandara sudah
menyediakan terminal yang mampu menampung penumpang untuk tiga
keberangkatan dan tiga kedatangan pesawat dalam satu jam.
PT. Angkasa Pura II juga telah melakukan revitalisasi
besar di bandara ini. Selain terminal, juga ada pengaturan ulang parkir
kendaraan, menyediakan taksi dan bus bandara serta memperbarui restoran
dan toko-toko. Investasi yang digelontorkan sekira Rp 6,7 miliar.
Bandara Halim PK sebenarnya adalah di bawah kendali TNI AU. Penerbangan sipil menjadi enclave civil
di bandara ini. Oleh karena itu penerbangan militer TNI AU tetap
menjadi penerbangan utama. Selama ini, selain penerbangan TNI AU,
bandara juga digunakan untuk latihan terbang beberapa sekolah
penerbangan, penerbangan maskapai carter dan maskapai berjadwal dengan
jumlah tempat duduk di bawah 100 kursi.
Menurut hemat penulis, bukankah akan lebih baik apabila penerbangan militer TNI AU dialihkan ke Bandara Atang Sanjaya, Bogor dan keperluan sekolah penerbangan ke Bandara Budiarto, Curug untuk memberi porsi lebih untuk penerbangan domestik dan carter?